Prospektus Budidaya Tanaman Pangan Utama

Penulis: Bilman W Simanihuruk, Masdar, Reny Herawati

ISBN: 978-623-172-020-7 

Bahasa: Indonesia

Cetakan: Pertama, 2022

Jumlah Halaman: 92 halaman

Ukuran Buku: 15,5 cm x 23 cm

 

Sinopsis :

Suhu atmosfir global senantiasa bergerak naik sesuai perjalanan waktu, dan bumi ini makin panas serta terasa makin signifikan menginisiasi multistress pada makhluk hidup penghuninya. Vegetasi dunia yang pada awalnya subur, mengalami stress suhu yang tidak tertanggulangi. Akibatnya, hutan rimba yang awalnya kumpulan hutan rimbun lebat, berubah menjadi hutan kecil dan semak belukar yang terdiri dari tumbuhan kayu rendah. Benua Antartika yang awalnya merupakan batu karang dari ha dua o, telah lama mencair dan banyak sekali bongkahan pinggirnya setiap hari rubuh menimbun laut, akibat peningkatan suhu atmosfir. Nasib sama juga dialami oleh enam macam tanaman pangan utama Indonesia. Tanaman ini tidak lagi berproduksi tinggi menyediakan energi kebutuhan pangan penduduk.
Sementara itu, total kebutuhan pangan selalu meningkat akibat jumlah penduduk selalu bertambah. Sehubungan dengan itu, buku ini memperkenalkan manfaat aplikasi teknologi mutasi gen, tidak hanya menghasilkan varitas produksi tinggi, berumur genjah, dan pasti meningkatkan produktifitas lahan budidaya tanaman. Spesifik penyajian pada buku ini adalah mendiskusikan mutasi gen dengan varitas produksi tinggi dan berumur genjah dengan produktifitas lahan dari budidaya padi, jagung, kacang tanah, kedelai, ubi kayu serta ubi jalar.
Kita bersama bertanggung jawab meningkatkan produktifitas lahan komuditas dimaksud tanpa henti. Semua insan pasti berada dalam jalur yang benar, jika senantiasa commit meningkatkan produktifitas lahan budidaya berkesinambungan, tidak peduli seberapa tinggi laju peningkatan suhu atmosfir bumi maupun laju pertambahan jumlah penduduk. Indonesia telah merancang program pembangunan pertanian yang mutual dengan industri pertanian.
Masalah dan rintangan utama adalah tekanan ekologi makro mengantisipasi meningkatnya suhu atmosfir global 0,050C tiap tahun. Di samping itu, profesi petani bukanlah profesi prospektus, yang menjanjikan kesejahteraan bagi individu pebisnisnya. Di Indonesia, Amerika Serikat dan Jepang, keluarga petani terdiri dari satu bapak, satu ibu, dua anak harus punya minimal berturut-turut 2, 12, dan 17 hektar tanah untuk bisa hidup tidak miskin. Indonesia pasti bergerak menuju level Amerika Serikat dan Jepang. Jadi, logis jika petani ingin meninggalkan profesi petani, dan orang lain tidak tertarik profesi tersebut.

Read 913 times Last modified on Jumat, 17 Februari 2023 14:20